Facebook

LightBlog

Breaking

LightBlog

Friday, April 21, 2017

Cara Efektif Mengembangkan Ide Penulisan (2)

Tulisan bagian satu menggambarkan betapa masalah "mencari ide"  dalam menulis itu paradoks. Kenapa? Setiap orang punya kehidupan dan jalan hidup yang unik. Sehingga, mestinya tidak ada alasan "tidak punya ide" untuk menulis. Dalam artikel bagian kedua ini, saya akan menguraikan cara dan teknik yang efektif dalam mengembangkan ide, sehingga proses penulisan menjadi lancar.

Dua orang teman sekantor, satu divisi, satu ruang kerja, dan dengan pangkat atau golongan setara masing-masing selalu punya peluang untuk memiliki keunggulan atau keistimewaan khusus yang tak dimiliki temannya. Begitu pula, murid-murid satu sekolah, satu jurusan, satu kelas, dengan guru yang sama, buku yang sama, waktu belajar yang sama, selalu peluang untuk memiliki keunggulan atau keistimwaan khusus yang tak dimiliki sesama murid lainnya.

Itu bahan keunikannya. Sekarang tentang akses informasi untuk melengkapi atau memperkaya ide.
Saat ini, di abad informasi digital, seperti diuraikan  di tulisan pertama, bisa mengakses informasi nyaris tanpa batas (kecuali kuota internet, barangkali). Bahkan dalam hal informasi digital ini pun masih mengandung keunikan.

Kenapa? Sistem algoritma mesin pencari seperti Google membuat layanan internet semakin personal. Google seakan-akan tahu (mungkin sok tahu) apa yang sebetulnya kita cari ketika kita mengetik satu kata kunci. Akibatnya, dengan kata kunci sama di Google, pencarian saya dan pencarian kita akan menghasilkan daftar hasil pencarian yang berbeda.

Tapi, terlepas dari soal keunikan itu, intinya adalah bahwa abad informasi digital memungkinkan kita nyaris tanpa batas mendapatkan apapun informasi yang kita butuhkan. Kita ingin belajar dasar-dasar elektronika, tersedia banyak guru baik hati yang siap mengajari tanpa pungut biaya seperak pun.

Kita ingin belajar berocok tanam sayur organik, ada "sekolah" virtual yang tidak menuntut Anda lulus ujian tengah semester, ujian akhir semester, dan dapat nilai rapor 10. Kita ingin belajar bahasa Inggris dari simple present sampai panduan baca literatur berbahasa Ingris, jangan khawatir, ada. Dan, tentu saja, buku elektroni, atau e-book, berlimpah sesuai dengan bidang minat kita.

Jadi, soal keunikan setiap orang punya. Bahan tulisan atau referensi tersedia. Tidak seperti dua puluh atau tiga puluh tahun lalu, harus punya kartu anggota perpustakaan British Council atau American Cultural Center, atau memfotokopi literatur di Perupustakan CSIS, misalnya. Lalu, kenapa masih ada pertanyaan 'Saya mau menulis apa?' Atau pasrah, 'Saya tak punya ide untuk ditulis'.

Keputus-asaan seperti itu bersumber dari satu kata saja: belenggu. Belenggu tidak mau menulis. Belenggu takut menulis. Belenggu ingin cepat menulis. Bahkan, belenggu ingin menghasilkan tulisan luar biasa yang mengguncang dunia. Semua itu belenggu yang membuat orang tidak pernah mulai menulis.

Cara seperti yang sudah dibuktikan para peserta pelatihan penulisan (sebagaimana diceritakan di tulisan pertama) terbukti efektif. Sehingga kalau dibuat road-map dari ide menjadi tulisan, bentuknya akan seperti ini:

PENGEMBANGAN IDE AWAL

  1.  Pilihlah kata kunci ide yang ingin Anda tulis.

  2. Tuangkan kata kunci itu dalam sebuah kalimat utuh.

  3. Uraikan kalimat pertama itu dengan beberapa kalimat penjelas.

  4. Jadikan itu sebagai sebuah paragraf atau alinea.

  5. Selanjutnya, jika paragraf itu mengandung poin-poin ide yang kuat, maka paragraf-paragraf penjelas sampai paragraf penutup akan menalir dengan lancar.

Paragraf pertama yang dihasilkan tidak dengan sendirinya akan menjadi paragraf pembuka. Bisa jadi, paragraf produksi pertama itu baru muncul di bagian tengah atau mendekati akhir tulisan. Soal itu merupakan seni mengatur irama tulisan.

Paragraf produksi pertama berkemungkinan menjadi paragraf utuh yang tak perlu disisipi kata atau frase, kalimat tambahan, atau bahkan beberapa kalimat tambahan. Tapi, bisa juga terjadi, paragraf itu baru merupakan kumpulan poin-poin ide, yang masing-masing membutuhkan kalimat-kalimat penjelas, bahkan paragraf-paragraf penjelas.

Ini sering terjadi pada proses penulisan, terutama yang menyangkut bidang spesialis: kita menganggap setiap pembaca pasti sudah tahu apa yang dimaksud kata-kata tertentu yang tertulis dalam paragraf. Yang tidak menyangkut bidang spesialis pun, sebuah kalimat tidak boleh meninggalkan lubang-lubang informasi sehingga menimbulkan pertanyaan di benak pembaca, 'maksudnya apa'?

Contoh:
Masyarakat merasakan kekecewaan yang mendalam terhadap kinerja pemerintah. Keadaan serba tidak menentu dan kacau, sehingga muncul gerakan mahasiswa dari seluruh Indonesia. Banyak tokoh nasional menyatakan keprihatinan dan mendukung gerakan mahasiswa. Harus ada revolusi.
Paragraf di atas membawa ide pokok: revolusi.

Ide pokok itu dinyatakan dengan sebuah kalimat: Harus ada revolusi. Untuk sampai pada kalimat kesimpulan itu, dibeberkan beberapa poin-poin ide sebagai berikut:
  • masyarakat
  • kekecewaan mendalam
  • kinerja pemerintah
  • keadaan kacau
  • gerakan mahasiswa
  • tokoh nasional
  • keprihatinan
Bukan tidak mungkin, misalnya, orang menulis paragraf seperti itu sesungguhnya memiliki informasi atau data yang bisa digunakan untuk sampai pada kalimat kesimpulan di atas. Namun, informasi atau data yang dimiliki ditinggal di dalam kepalanya tidak digunakan dalam tulisan, seakan-akan setiap pembaca sudah punya informasi dan data yang persis sama dengan yang ada dalam kepalnya sendiri. Akibatnya, sebagai tulisan, paragraf itu lemah karena semua poin ide yang tersaji praktis meninggalkan lubang informasi.
  • Masyarakat, yang mana? Siapa saja? dst.
  • Kekecewaan mendalam, apa penyebabnya? Seperti apa? Bagaimana bentuk kekecewaan itu? dst.
  • Kinerja pemerintah, di bidang apa? Seberapa parah? Datanya seperti apa? dst.
  • Keadaan kacau, seperti apa? dst.
  • Gerakan mahasiswa, di mana? Berapa? Universitas apa? dst.
  • Tokoh nasional, siapa saja? Apa latar belakangnya? dst
  • Keprihatinan, apa rasionalisasinya? apa poin-poin yang menjadi keprihatinan?
Pada tulisan berikutnya akan kita bahas tindak lanjut bagaimana menguji paragraf pertama yang dihasilkan (saya sebut ini sebagai pragraf produksi pertama), dan mengembangkannya menjadi paragraf-paragraf penjelas sampai paragraf penutup.

[Bersambung]

ARTIKEL SEBELUMNYA

No comments:

Post a Comment

Adbox