Facebook

LightBlog

Breaking

LightBlog

Monday, May 8, 2017

Cara Efektif Mengembangkan Ide Penulisan (3)

Mari kita lanjutkan membahas tentang bagaimana cara efektif menulis artikel atau cerita fiksi melalui pengembangan ide penulisan. Dengan mengembangkan cara ini, maka ide-ide yang berlimpah dalam pikiran atau memori kita menjadi tertuang dengan lancar... dan terstruktur.

Sebagaimana dibahas pada dua tulisan sebelumnya, sebuah ide penulisan yang bermula hanya dari satu kata atau satu frasa (kumpulan dua kata atau lebih) dapat dikembangkan menjadi sebuah kalimat. Satu kalimat itu lalu dimekarkan menjadi sebuah alenia atau paragraf.

Ingat, kan, lima langkah dalam pengembangan ide awal pada tulisan sebelumnya:
  1. Pilihlah kata kunci ide yang ingin Anda tulis.
  2. Tuangkan kata kunci itu dalam sebuah kalimat utuh.
  3. Uraikan kalimat pertama itu dengan beberapa kalimat penjelas.
  4. Jadikan itu sebagai sebuah paragraf atau alinea.
  5. Selanjutnya, jika paragraf itu mengandung poin-poin ide yang kuat, maka paragraf-paragraf penjelas sampai paragraf penutup akan menalir dengan lancar.
Misalnya, sebagai contoh kita akan gunakan sebuah frasa "Kampung Nelayan". Kita tempatkan frasa itu dalam sebuah kalimat berikut ini:

Setelah 16 tahun kutinggalkan, hari ini aku berada kembali di sini, kampung nelayan, tempat aku tumbuh besar.

Perhatikan, dalam kalimat tersebut ada beberapa kata yang mesti diuji atau dipertanyakan kejelasannya, termasuk frasa kampung nelayan itu sendiri. Ada kata frasa "16 tahun"; ada kata "kutinggalkan"; ada frasa "hari ini"; ada kata "aku." Semua itu bisa dipertanyakan kejelasannya dan menjadi sumber pengembangan.

Semua bisa dan perlu dijelaskan, baik segera maupun belakangan. Penjelasan untuk satu kata atau satu frasa bisa hanya satu kalimat saja, namun bisa juga menjadi satu paragraf, bisa dua paragraf, bisa tiga, empat dan seterusnya, selama penjelasannya relevan menurut kita. Inilah yang disebut proses membuat deskripsi.

Nah, untuk membuat paragraf "produksi pertama", terserah pilih kata mana saja atau frasa mana saja. Saya sebut "produksi pertama", karena paragraf yang dihasilkan pertama ini tidak mesti ditempatkan di awal karangan. Bisa di awal, bisa di tengah, bisa di mana saja. Tapi, ini adalah alur awal dalam mengembangkan sebuah ide penulisan.

Dalam contoh sebagaimana terlihat pada diagram di bawah ini, kita pilih frasa "hari ini" untuk menghasilkan paragraf "produksi pertama". Sedangkan kata-kata atau frasa lain yang menurut kita kuat untuk dibuatkan deskripsinya, akan menjadi paragraf-paragraf lain.

Proses pengembangan ide penulisan yang efektif


Dengan cara itu, pada tahap awal, sebuah ide yang berupa satu frasa "Kampung Nelayan" sudah bisa kita kembangkan sekurang-kurangnya menjadi enam paragraf, termasuk paragraf "produksi pertama". Ada dua hal yang kita capai sekaligus dari proses tersebut: yakni pengembangan ide menjadi paragraf (paragraphing) dan patokan pengembangan karangan atau outline.

Contoh di atas adalah bentuk karangan fiksi atau rekaan, yang pengembangannya berdasarakn rekaan atau imajinasi kita. Sunggupun begitu, sebuah karangan fiksi memerlukan dukungan pengetahuan riil yang dihasilkan dari pengamatan atau riset. Mengapa? Karena salah satu kekuatan karangan fiksi adalah kemampuan membawa pembaca seakan-akan melihat dunia nyata.

Sehingga, misalnya saat kita bercerita tentang "aku" si anak nelayan, imajinasi kita tidak "tersesat" memasukkan cerita masa kecilnya di tahun 1980-an bermain gadget. Ikan kembung makan kedondong.Tak nyambung, dong. Maka, perlu riset, kira-kira mainan apa sih yang usum di kalangan anak-anak nelayan masa itu?

Pertanyaan selanjutnya, apakah pola pengembangan ide seperti di atas juga berlaku untuk karangan non-fiksi, misalnya artikel opini untuk suratkabar? Sama. Cara itu juga bisa efektif membantu pengembangan ide dalam bentuk-bentuk karangan lain.

Singkatnya, setiap kata atau frasa yang kita gunakan perlu kita uji: apakah sudah cukup jelas bagi pembaca? Kalau belum jelas, itulah jalan kita mengembangkan ide menjadi kalimat, menjadi paragraf, dan paragraf-paragraf selanjutnya.

Oh, ya, hampir lupa. Sebaiknya lupakan semua isi tulisan ini, dan mulailah mengarang sebelum belajar mengarang. Menulislah sebelum belajar menulis. Soalnya, spontanitas aliran ide itu sangat mahal harganya. Menulislah sebelum terjebak dalam dalam pusaran pencarian cara menulis yang jitu, cara menulis yang efektif, cara menulis yang lancar dan sebagainya. Selamat mengarang.

ARTIKEL KE-1 DARI TIGA TULISAN
ARTIKEL KE-2 DARI TIGA TULISAN

1 comment:

  1. Artikelnya sangat bagus..memberikan pencerahan buat penulis pemula seperti saya.. Trimakasih..

    ReplyDelete

Adbox