Facebook

LightBlog

Breaking

LightBlog

Wednesday, May 17, 2017

Paragraf Pertama, Buat Mesin Google atau ... Pembaca?

Artikel ini membahas tentang bagaimana cara menulis paragraf pertama yang efektif. Disclaimer: saya bukan ahli urusan SEO, digital marketing atau apapun namanya. Jadi, kalau urusan menulis dalam rangka merayu Mbak Google agar meraba-raba laman kita, nyerah saya. Namun, dari petunjuk banyak suhu yang sudah malang melintang di dunia persilatan internet, ternyata keterampilan mencipta konten andal tetap penting, termasuk buat urusan SEO.

Logikanya begini, kata mereka: dengan mengandalkan keyword yang cespleng, mesin pencari seperti Google memang akan cepat mengenali posting kita, yang berarti banyak tamu datang. Tapi, masih menurut para ahli itu, mesin pencari sekarang kian pintar. Kalau keyword overdosis, perut mesin juga bisa begah, dan muntah. Semuak perasaan pembacanya.

Sebaliknya, kalau posting mengandalkan kualitas tulisan, maka tamu yang datang betah berlama-lama, dan akan ketagihan untuk datang lagi. Mengapa? Karena tamunya  manusia yang punya perasaan dan selera. Kalau banyak tamu yang datang, mesin pun akan ikut-ikutan datang.

OK, saya tak punya bahan lebih banyak lagi untuk bicara soal yang itu. Mumpung ajaran para suhu SEO belum berubah sampai detik ini, ya saya tulis saja soal bagaimana membuat paragraf pertama yang efektif. Tentu saja, ini berdasarkan pengalaman off-line saya dalam dunia tulis-menulis.

Ada empat hal yang perlu diperhatikan dalam menulis paragraf pertama, yang akan menentukan berhasil-tidaknya paragraf memberi kesan pertama yang prima. Prima maksudnya memikat dan langsung mengikat pembaca agar mau terus membaca sampai akhir.

#1 Hindari NNJT alias Common Sense

Apa itu NNJT? Nenek-nenek juga tahu. Maksudnya begini: paragraf pertama jangan dihabiskan untuk menampilkan sesuatu yang  sudah menjadi pengetahuan umum.

Misalnya:
Abad teknologi informasi digital membawa perubahan sangat besar dalam kehidupan masyarkat Indonesia, baik di kota-kota besar maupun di desa-desa. Dari kalangan aanak-anak, remaja, sampai orang dewasa. Perubahan itu sebagian bersifat positif, tapi banyak sekali akibat negatif yang ditimbulkannya. Karena itu diperlukan upaya serius yang nyata dalam rangka mencegah ekses-ekses negatif dari kemajuan teknologi informasi.

Coba rasakan. Paragraf empat kalimat itu seakan-akan berwibawa dengan kosakata "berkualitas tinggi" --ndakik-ndakik, kalau istilah orang Jawa-- dengan susunan kalimat yang rapi. Tapi, pembaca yang suka membaca buku dan berita, tentu akan segera berkerut keningnya dan bertanya, "Kowe iki arep ngomong opo, to, le? Kamu ini mau bicara apa, sih, Nak?"

Kenapa? Karena keempat kalimat pertama itu tidak menawarkan sesuatu yang baru, sudah umum, tidak unik, dan tak perlu diceritakan. Semua orang sudah tahu.

Oh, ya, terkait dengan NNJT ini, tak perlu lagi, ya menggunakan frasa pembuka sejuta umat, "Pada suatu hari...." Biasanya bikin ngantuk.

#2 Efek Ledakan

Sebagaimana digambarkan di atas, paragraf pertama ibarat etalase yang harus memikat dan mengikat calon pembeli, eh, pembaca. Maka, jika bahan tulisan yang kita pegang mengandung sesuatu yang dahsyat, jangan tunda-tunda memberi tempat (apalagi sampai paragraf kedelapan atau kesepuluh). Usahakan sudah bisa diendus pembaca sebelum paragraf pertama berakhir. Berilah semacam efek ledakan di paragraf pertama.

Sebentar. Efek ledakan ini jangan diartikan terlalu harfiah, sehingga memaksakan sesuatu yang superheboh harus ada di paragraf pertama. Tidak. Efek ledakan itu bisa juga dalam praktiknya justru sesuatu yang sangat halus, sesuatu yang nayris tak terasa mengikat pelan-pelan pembaca melalui aliran kata-kata yang kuat.

Dalam tulisan fiksi, seperti cerpen atau novel, efek ledakan biasanya ditampilkan oleh penulis pada sosok tokoh utama (protagonis). Kekuatannya biasanya bertumpu pada rincian atau detil deskripsi fisik tokoh, atau tempat atau kejadian, yang membuat pembaca menahan nafas. Bisa berupa dialog lancar dan asyik antara dua orang. Apa saja, yang penting membuat pembaca terpaku.

Sekarang mari coba bandingkan paragraf pada contoh pertama di atas dengan informasi yang langsung menggebrak di bawah ini. Informasi yang banyak orang belum tahu. [Ingat, ya, ini contoh karangan, bukan kejadian yang sebenarnya. Jadi, jangan disebarkan, nanti saya diprotes.]
Bogor Kota Hujan? Itu dulu. Sekarang, Bogor kota gadget. Lho, koq bisa? Iya. Sembilan dari sepuluh anak SMP di kota Bogor menghabiskan waktu tujuh jam sehari dengan gadget. Itu berdasarkan hasil survei yang dilakukan di lima sekolah favorit.

Nah, kalau baca paragraf pertama model begini, akan banyak sekali orang dari bermacam-macam latar belakang langsung kucek-kucek mata dan menahan beribu pertanyaan di kepala, mencerna kalimat demi kalimat selanjutnya. Seorang ustadz akan segera beristighfar dan berdoa, 'Ya Allah, lindungilah anak-anak kami remaja Kota Bogor. Seorang pakar pendidikan akan membuka data tentang prestasi belajar para murid di Bogor. Dan, tak ketinggalan, pedagang pulsa dan aksesoris segera menghitung besarnya investasi buat buka lapak baru, "peluang besar, ini!"

Kira-kira begitulah semestinya paragraf pertama sebuah tulisan yang ditujukan buat khalayak. Kalau model paragraf pembuka dengan isi yang umum-umum dan teori-teori, serahkan, kasih saja buat para mahasiswa-mahasiswi yang bikin makalah. Ntar dosen yang memberi tugas pasti akan membacanya dan memberinya nilai.

#3  Magnet Misteri

Walau ukuran paragraf yang efektif tidak mungkin memuat segala hal, tapi paragraf pertama membutuhakan suatu clue sekaligus glue. Maksudnya, efek yang diharapkan paragraf pertama adalah pembaca lengket, penasaran dan bertanya dengan pertanyaan sejenis: "Apa yang terjadi, koq sampai begitu?" "Apa maksudnya dia berkata-kata seperti itu." "Sungguh menarik, di mana kejadiannya?" dan lain-lain.

Karena penasaran, maka pembaca berharap dia temukan jawabannya pada paragraf-paragraf selanjutnya, bahkan sampai halaman-halaman selanjutnya (kalau novel). Inilah yang dalam dunai perbukuan orang menyebut istilah "page-turning." Maksudnya, pembaca serasa digiring untuk terus memembaca, membalik halaman demi halaman karena kekuatan tulisan. Itu tidak akan terjadi, jika di paragraf pertama, pembaca sudah merasa seperti kegerahan dan segera pergi.

#4 Jangan "Paksa" Pembaca

Sekarang banyak sekali penulis berita pemalas yang menggunakan judul gaya-gaya "paksaan" seperti ini: "Penting, Ini Imbauan Walikota Soal Banjir." Atau, "Hebat, Siswa SMA ini Juara Olimpiade Fisika." Atau, "Ngakak abis, Seorang Suami Kepergok Istri...."

Penting? Hebat? Ngakak abis? Kalau kata orang Surabaya, "Iku lak jaremu." [Itu, kan, menurut kamu.]

Begitu pula dalam menulis paragraf pertama. Kalau kita ingin pembaca mengakui informasi kita penting, hebat dan lucu, tunjukkan melalui fakta-fakta, jangan main paksa atau suruh pembaca langsung mengakui itu penting, hebat, atau lucu.

Dalam salah satu "ayat suci" jurnalistik, seorang wartawan yang baik mematuhi kaidah "Show, don't tell." Tunjukkan dengan deskripsi, jangan gunakan kesimpulanmu. Misalnya, jangan gunakan kata sifat "sangat jauh", tapi sampaikan pada pembaca, misalnya, jaraknya 70 kilometer. Sedapat mungkin, hindarkan kata sifat (adjective), ganti dengan data atau fakta.

Dengan begitu, dengan sendirinya, pembaca akan mengakui secara ikhlas dan rela, "Ooo, memang penting." "Wah, hebat juga." "Gila, lucu banget." Berarti, untaian kalimat-kalimat yang kita buat berhasil mencapai tujuannya, tanpa dibantu oleh penggiringan kita.

Poin terakhir ini, menurut hemat saya, sangat selaras dengan kepentingan SEO. Sebab, informasi dan data mestinya lebih berkualitas ketimbang kesimpulan subjektif semacam penting, hebat, lucu, dan lain-lain. Kalau tidak setuju, mohon maaf, karena saya memang bukan ahli SEO.

Cuma, saya membayangkan suatu saat nanti mesin pencari seperti Google akan benar-benar pintar. Sehingga, situs yang mengandalkan trik-trik mekanistis SEO dalam mengakali kekakuan kerja mesin akan semakin tersingkir. Atau, jangan-jangan malah diberantas tuntas dari percaturan mesin pencari.

Dan, situs-situs yang bertahan adalah situs yang benar-benar valuable.  Paling tidak, trend meningkatnya kejelian dan efektivitas kerja algoritma mesin pencari semakin menuju ke arah sana. Bayangan dan harapan. Who knows.

2 comments:

  1. Iki yo arep tak gawe bahan nik oleh undangan maneh. Hawakkk ojo dihapus lho...

    ReplyDelete
  2. Bloger apik mas, monggo meripun mawon ngecek bloger ku mas neng cawangamers.blogspot.com sekalian di kritik seng peuudees yen membangun. Soale tembe nggawe hehe

    ReplyDelete

Adbox